. KPPOD: Bupati Pati Sudewo Tunjukkan Ketidakpekaan dan Arogansi
Logo KPPOD

KPPOD: Bupati Pati Sudewo Tunjukkan Ketidakpekaan dan Arogansi

kompas.com - 15 Agustus 2025

KPPOD: Bupati Pati Sudewo Tunjukkan Ketidakpekaan dan Arogansi

Direktur Eksekutif Komite Pemantau Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) Herman Suparman menilai Bupati Pati Sudewo menunjukkan ketidakpekaan terhadap warganya dari kenaikan tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) hingga 250 persen.

Meskipun kebijakan tersebut akhirnya dibatalkan, Sudewo dinilai tetap menunjukkan arogansinya sebagai kepala daerah yang memunculkan resistensi masyarakat Kabupaten Pati, Jawa Tengah.

"Kami lihat di Pati, dia (Sudewo) menunjukkan selain ketidakpekaan dengan kebutuhan dan juga masalah yang ada di masyarakat tetapi juga ada karakter arogansi di sana, menantang menerima ribuan orang itu salah satu bentuk arogansi," ujar Herman dalam Obrolan Newsroom Kompas.com, Rabu (14/8/2025).

Kemarahan masyarakat Pati juga dinilai sebagai imbas pemerintah Kabupaten Pati yang tidak melibatkan mereka dalam perumusan penyesuaian Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dan mengakibatkan kenaikan tarif PBB-P2.

"Itu yang menurut kami satu dimensi prinsipil yang membuat kejadian hari ini terjadi seperti yang kita lihat gitu ya terjadi ada resistensi masyarakat yang luar biasa," ujar Herman.

"Bahkan, per hari ini sudah ada tuntutan untuk memakzulkan atau menuntut mundur Bupati Sudewo dari jabatan sebagai kepala daerah," sambungnya.

Herman pun menyebut tuntutan mundur dari masyarakat Kabupaten Pati terhadap Bupati Pati Sudewo dinilai masuk akal. Menurut Herman, tuntutan tersebut merupakan bentuk resistensi dari masyarakat yang merasa tidak dilibatkan dalam perumusan PBB-P2.

"Per hari ini sudah ada tuntutan untuk memakzulkan atau menuntut mundur Bupati Sudewo dari jabatan kepala daerah. Bagi kami tuntutan seperti itu sebetulnya masuk akal," ujar Herman. Ia menjelaskan, kenaikan PBB-P2 hingga 250 persen tentu sangat membebani masyarakat Kabupaten Pati.

Sudewo sebagai kepala daerah, kata Herman, seharusnya melihat kondisi masyarakatnya dan mengajak berdiskusi terkait perumusannya. "Kedua, respon dari Bupati Sudewo dari catatan kami tidak peka pada konteks masyarakat di sana. Bahkan ada sikap arogan yang memancing kemarahan, memancing kekecewaan publik di Pati," ujar Herman. 

Bupati Sudewo minta maaf 
Diketahui, unjuk rasa besar yang berlangsung di Pati menuntut Bupati Sudewo untuk mundur dari jabatannya, pada Rabu (13/8/2025). Aksi demonstrasi ini dimulai sejak pagi dan dihadiri oleh massa yang mengeklaim jumlahnya lebih dari 50.000 orang.

Di tengah situasi yang memanas, Bupati Sudewo berusaha untuk berbicara dengan para demonstran.

Ia muncul dari mobil kendaraan taktis (rantis) milik polisi, mengenakan kemeja putih lengan panjang, peci, dan kacamata hitam.

"Assalamualaikum wr wb. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, saya akan berbuat lebih baik," ujar Sudewo dengan menggunakan pengeras suara dilansir dari Tribunjateng.com.

Pernyataan Sudewo itu disambut dengan lemparan sandal dan air minum kemasan dari massa yang berada di sana.

Ajudan dan anggota Brimob yang berada di dekatnya segera melindungi Sudewo menggunakan tameng. Sudewo pun tak menyelesaikan apa yang akan ia sampaikan kepada massa. Lemparan dari massa terus mengarah hingga Sudewo terpaksa kembali masuk ke dalam mobil rantis.

Sumber: https://nasional.kompas.com/read/2025/08/14/06513301/kppod-bupati-pati-sudewo-tunjukkan-ketidakpekaan-dan-arogansi?page=2.


Dibaca 439 kali